PSHT BLAMBANGAN UMPU
"Persaudaraan Setia Hati Terate adalah harga mati bagi ku"
Selasa, 13 Januari 2015
H.TARMADJI BOEDI HARSONO S.E
"ORANG SH TERATE SIAP MEMBERI MAAF"
Assalamualaikum wr wb. Berhadapan dengan era sekarang ini, di luar hitungan, banyak persolan yang muncul. Makanya kita harus memiliki tekad dan jangan takut menghadapi masalah. Sebab masalah itu kekasih manusia yang paling setia. Perbedaan yang ada itu menjadikan indah dunia ini. Tanpa masalah tanpa perbedaan, dunia ini akan sunyi.
(Petuah ini dikutip dari pesan Mas Madji pada calon warga baru di Ponorogo 2009, Jawa Timur) Kalau bicara tentang tantangan dan rintangan, itu hampir-hampir tidak pernah berhenti. Kita kumandangkan satu didikan yang luhur. Tapi kenyataan di tengah masyarakat tantangannya, waduh (berat dan beragam– pen). Kalau diteliti telinga ini jadi panas, hati jadi umob (mendidih-pen).Tapi kita kembali lagi bahwa seorang SH Tarate harus menjadi seorang SH-wan. Orang SH-wan itu orangnya berbudi bawa laksana, gung samodra pangaksami (pemaaf-pen). Dia mampu menjabarkan hidup di tengah masyarakat. Meskipun dihina, dicemooh, diolok-olok, sampai pun kadang dijegali, tapi kita hanya mesem (tersenyum).
Kita harus selalu siap memberi maaf, itulah didikan kita. Dan itu pula sebenarnya misi yang kita emban. Image bahwa SH Terate itu kumpulan orang tukang gelut (berkelahi-pen), mulai harus kita ahiri. Tahun 2009 ini saya canangkan sebagai tahun kualitas. Kita sudah harus berani merambah kualitas. Tantangan hambatan yang paling berat, bukan dari luar. Tapi dari dalam SH Terate sendiri. Sudah siap atau belum kalau kita jadikan tahun ini sebagai tahun kualitas. Inilah yang jadi tantangan kita.
Era sekarang eranya eforia. Kalau nggak seneng terhadap kebijakan pemerintah, demo. Karena di SH Terate tidak ada pelajaran demo, dulur-dulur pakai baju lain, beramai-ramai demo. Saudara tidak sadar, bahwa masyarakat mengetahui persis siapa saudara ini. Kalau ini terus menerus, kapan SH Terate bisa mewujudkan cita-cita ikut memayu hayuning bawana.
Apa sih ikut mamayu hayuning bawono. Kita ini dituntut dididik diarah untuk menjadi panutan, menjadi pemimpin. Kalau para kadang ini masih ada satu dua yang membuat resah masyarakat, njuk kapan tokoh SH Terate ini memimpin masyarakat.
Orang SH Terate itu tdk takut hidup tidak takut mati. Karena hidup ndak minta mati ndak mendaftarkan. Pemberani dan siap menghadapi tantangan kehidupan.
Adik-adik saya yang saya hormati, sdr lahir di Bumi Warok. Warok identik pendekar. Seorang pendekar lahir harus menjadi pembela masyarakat. Bukan menjadi momok masyarakat. Kalau sdr lahir menjadi momok masyarakat, lebih baik ndak usah lahir.
Kita sudah kasihan dengan pemerintah. Pemerintah sekarang ini masih mencari bentuk, ibaratnya jalannnya masih tersandung2, Situasi kondisi keamanan masih belum menentu. Tolong, kita sbg orang SH Terae ini paling jelek tidak membuat ribut. Sukur2 bersama masyarakat menanggulangi ulah beberapa warga masyarakat yang suka membuat resah.Di tengah2 lingkungan masing2.
Ponorogo harus berani membuktikan, tahun ini kualitas, yang belum standar sesuai AD, ART minggir dulu. Yang sudah silakan. Kalau begitu saya salut. Saya kumandangakan di berbagai daerah, kemarin saya di Kaltim. Kumpul seluruh Kaltim, di Kab Kutai Kertanegara. Ini lho Ponorogo sekarang. Tolong sdr ikuti jejak Warok Ponorogo.
Begitulah sdr yang saya hormati, orang SH Terate harus dikenal jujur. Orang jujur itu omong apa adanya. Seneng ya seneng, ora ya ora. Orang jujur pasti dia juga bisa menyayang dan disayangi Yang Maha Kuasa. Orang SH Terate akan rajin melaksnakan kegiatan yang bermau darma kemanusiaan. Maka saya kumandangkan, sadarlah bahwa sdr sekalian akan menjadi pendekar-pendekar muda yang berangkat dariSH Terate. Seorang pendekar dg ilmunya akan siap membela citra masyarakat.
Kemudian timbul pertanyaan, lho kalau begitu kita tidak boleh berkelai mas. Saya mengatakan, saya tidak melarang sdr berkelai. Nek wani gelut tak tunggoni. Siji lawan siji. Nek siji lawan siji kalah tak nyek. Kowe blajarmu karo sopo. Siapa gurumu. Kalau kamu ngroyok, tetelen bedmu, balekno ning SH Terate. Saya tidak pernah mengajarkan pada adik-adik jadi tukang kroyokan. Jadi gerombolan. Tidak. Saya ajarkan pada adik-adik jiwa ksatria. Berani karena benar dan siap menyadari kesalahan, jika salah. Apalagi jika saudara membuat resah masyarakat. Saya sudah kumandangkan, saya tidak segan-segan menindak siapa pun yang membuat resah masyarakat.
Itu sebenarnya ajarang SH Terate. Stlh kita sdr ngerti tugas dan tanggung jawabnya. Urip ora njaluk mati ora ndaftarake mung mbok nyek sakpenakmu, tak entengna patiku. Tapi itu sdh kalau masalah-masalah prinsip. Kalau masalahnya dipandang, sepele, misalntya hanya karena uang seribu dua ribu, waduh, luwung ngalaho, mas. Sangat2 memalukan. Sdr keluar ndak bisa lepas saya orang Ponorogo. Orang Ponorogo ndak bisa lepas seperti Warok. Jiwa satrianya muncul. Lha tolonglah apa yang dikumandang oleh ketuanya sdr, sampai dimanapun sdr akan tetap membawa nama Ponorogo. Ndak bisa tidak.
Tahun ini lebih kurng antara 30 – 35 ribu warga baru seluruh Indonesia disyahkan. Mulai dari Aceh sampai Irian, di luar negeri di Malaysia. Mereka berangkat dari berbagai kalangan . Dan kalau sudah masuk di dalam satu areal semacam ini yang ada saya hanya satu, saya, saudara sekalian ini adalah wargaSH Terate. Titik.bajunya hitam2, lambang saya pakai hati berwana putih berbatas merah bersinar, dengan hati yang bersih kita pancarkan cinta kasih sesama umat manusia.
Kita bangun persaudaraan yang berangkat dari hati yang bersih ndak akan melihat latar belakang yang dimil;ik A, ndak perlu, ndak perduli kamu sekwilda, ndak perduli kamu pak camat, ndak itu tukang becak ndak itu jendral.Begitu masuk di sht yang ada kita sama-sama umatnya Allah. Berdiri sama tinggi duduk sama rendah, yang kita hormati adalah,perilakuknya, harkat martabatnya.Yang tua membimbing yang muda, yang muda bisa menghormati yang muda, tapi bersama-sama bergandengan tangan, kerukunan kebersamaan dalam wadah persudaraan sh.
Persauidaraan yg selalu saling saying menyayangi, ndak perduli darimanapun mereka berasal. Persaudaraan saling hormat menghormati, apa pun status social yg dimilik.Ndak bisa ah itu pembantu. Kita perlu. Ndak mungkin spt sy cuci sendiri.pasti kita minta sndiri. Peranan pembantu penting bagi kita. Maka kita pun wajib menghormatinya.
Persaudaraan ini akan utuh akan berkembang bila mana kita ini sama-sama bertanggung jawab.sy lahir dari mdiun, sdr dari po, yang satu dari irian , satu kahir dari Sumatra ndak ada bedanya. Yang diajarkan jurjus satu sampai 36 senam 1 sampai 90, sama. Mulainya ya sama ndak ada bedanya, psang lima sama, semua ndak ada bedanya.Diajarkan mental didikan rialatnya sama. Sing gede rialate, sing gede tirakate. Sdr kalau mau belajar, palingh mudah belajarlah dengan situasi kondisi alam ini. Saya akan ngupas apa yang diakatakan guru sejati. (Buku Guru Sejati sudah terbit. Jika pembaca berminat bias pesan ke HP 081 335 596 811). Guru sejati itu alam, bukan manusia.Manusia itu pasti akan diikukti dengan ketamakannya. Tapi alam ndak akan nipu.
Itulah sdr sekalian kalau sdr mau jadi SH Terate yang handal, saatnya sdr nanti akan belajar dari alam ini. Orang SH Terate penuh dengn kesederhanaan, apapun yang dimiliki titipan sementara. Kita merasa bangga punya kekayaan besar, dilalap api ndak sampai satu jam habis. Sdr tangisan.Tapi kalau kita berpegang teguh pada harkat martabat, saya yakin sdr sampai saatnya akan menikmatinya. Semua yang ketemu kita akan memperhatikan kita, kalau kita punya kukalitas, akan diperhitungkan.
Berhadapan dengan era sekarang ini, di luar hitungan, banyak persolan yang muncul. Makanya kita harus memiliki tekad dan jangan takut menghadapi masalah. Sebab masalah itu kekasih manusia yang paling setia. Perbedaan yang ada itu menjadikan indah dunia ini. Tanpa masalah tanpa perbedaan, dunia ini akan sunyi.
Di luar kini banyak berkembang perguruan lain. Jangan dimusuhi, karena hakekatnya kita pun tidak ingin dimusuhi. Ojo sok gawe susahe liyan, apa alane gawe senenge liyan. Kita jgn membuat susah orang lain tapi keberadaan kita ditengah masyarakat ini menjadi ayem tentrem karena kehadiran SH Terate di Ponorogo lebih kurang akan mencapai empat puluh ribu.
Saatnya sekarang apa istilahnya, kita nutupi babagan hawa songo, mandeng pucuking grono, ngeningke cipta nyuwun marang Yang Maha Kuasa. Insya Allah, apa yang dicita2kan dari adik-adik sekalian mendapat ridlo Allah swt. (bersambung) Wassalamualaikum Wr Wb
Disunting dari Pidato Ketua Umum SH Terate, H. Tarmadji Boedi Harsono,SE,
SH Terate adalah kumpulan orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tapi fenomena sekarang ini, banyak saudara kita yang mencoba menyeret SH Terate ke sana kemari. Sekarang fenomena politik. SH Terate terseret. Apakah orang SH Terate tidak boleh berpolitik. Tidak. Orangnya berpolitik monggo. Tapi SH Teratenya tidak.
Yang dicari, dibina, digali dan dipertahankan di SH Terate adalah pendidikan budi luhur. SH Terate kumpulan orang-orang yang taqwa ke Allah. Kalau sekarang banyak warga yang ikut grup itu ini. Kemudian SH Terate dibawa. Ini berbahaya.Saya berpesan jika di SH Terate, jangan bicara politik. Orang SH Terate bisa berpolitik. Harus paham apa itu politik. Tapi tidak boleh membawa organisasi ke politik. Sebab dampaknya, sekarang kita rasakan. Persaudaraan di tubuh SH Terate, memudar. Bukan pecah, bukan. Tapi memudar. Sebab, tidak ada dalam ajaran SH Terate itu mantan saudara. Kalau mantan istri atau mantan suami ada. Mantan pejabat banyak. Tapi mantan saudara tidak ada.
Sebab persaudaraan di SH Terate itu persaudaraan yang utuh. Tidak memandang siapa aku siapa kamu. Apa latar belakangmu dan apa latar belakangku. Tidak terjebak hegomoni keduniawian, seperti harta, benda, martabat. Yang ada di SH Terate adalah jalinan persaudaraan yang saling sayang menyayangi dan bert anggung jawab.
Kanapa seperti itu, sebab pada dasarnya manusia itu sama. Makhluk Tuhan Yang Mahaesa. Dan hanya orang yang dikasihi, orang yang bertaqwa itu yang derajatnya paling tinggi di depan Allah.
Kalau begitu, apakah SH Terate sekarang ini kehilangan jati diri? Tidak! Tapi terkotori. Contoh dalam berpolitik. Kita tidak melarang saudara berpolitik. Tapi tabu, bagi kita untuk membawa- bawa bendera organisasi SH Terate ke kancah politik.
Lambang organisasi kita Bunga Terate. Bunga yang indah. Bunga yang hidup di lumpur, tapi kalis kotoran. Tujuan organisasi kita adalah mendidik manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertaqwa kepada Allah, Tuhan Yang Mahaesa.
SH Terate bukan mutlak paguron. Maka tidak ada guru dan murid. Dulu pendiri SH Terate, Pak Hardjo Utomo itu tidak mau dipanggil guru. Tapi oleh anak didiknya dia dijuluki Ki Hajar. Artinya pendidik. Konteksnya, di SH Terate yang ada adalah kakak dan adik. Karena itu, dalam memberi pelajaran ya, tidak ada pelajaran yang disembunyikan. Semuanya diberikan melalui tahapan-tahapan. Karena kita seperti kakak adik. Bagaimana kakak adik ini bisa menjadikan manusia berbudi luhur.
Karena itu, sekarang ini tidak ada kata lain bagi SH Terate, kecuali kembali kepada jati diri. Mengapa kembali ke jati diri. Karena kalau saya biarkan kasihan SH Terate. Kembali jati diri kembali ke platform SH Terate dan tujuan serta misi SH Terate sejak didirikan. Yakni, mengumandangkan persaudaraan. Langkahnya adalah mendidik, menciptakan manusia berbudi luhur. Ilmunya mengenal diri sendiri sebaik-baiknya.
Dasar persaudaraan di SH Terate saya ulang lagi, menekankan pada kita bahwa manusia hidup itu pada dasarnya sama. Berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Didikan di SH Terate juga begitu. Senamnya sama, jurusnya sama, pasangannya sama. Sambungnya ya sambung persaudaraan. Gak emosi. Tidak ngumbar nafsu.
Sejak didirikan SH Terate ini mengemban persaudaraan, yang berlatar pencak silat. Ilmunya mengenal diri sendiri. Pencaknya menganut aliran Setia Hati (SH). Organisasinya paseduluran dengan lambang bunga terate.
Jumlah jurusnya tertentu, senam tertentu, sambung tertentu. Tidak ada beda, semuanya di berikan. Soal pinter atau tidak tergantung kemampuan siswa. Bakat tidak. Tapi semua itu tataran lahir. Di dalamnya ada ajaran kerokhanian. Ajaran untuk membersihkan hati. Ajaran yang mengharuskan warga SH Terate bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Sehinga, Allah mengangkat derajat kita ke derajat tertinggi.
Wassalamualaikum Wr Wb. (H. Tarmadji Boedi Harsono,SE)
Sumber :Andi Casiyem Sudin/www.lawupos.net
Yang dicari, dibina, digali dan dipertahankan di SH Terate adalah pendidikan budi luhur. SH Terate kumpulan orang-orang yang taqwa ke Allah. Kalau sekarang banyak warga yang ikut grup itu ini. Kemudian SH Terate dibawa. Ini berbahaya.Saya berpesan jika di SH Terate, jangan bicara politik. Orang SH Terate bisa berpolitik. Harus paham apa itu politik. Tapi tidak boleh membawa organisasi ke politik. Sebab dampaknya, sekarang kita rasakan. Persaudaraan di tubuh SH Terate, memudar. Bukan pecah, bukan. Tapi memudar. Sebab, tidak ada dalam ajaran SH Terate itu mantan saudara. Kalau mantan istri atau mantan suami ada. Mantan pejabat banyak. Tapi mantan saudara tidak ada.
Sebab persaudaraan di SH Terate itu persaudaraan yang utuh. Tidak memandang siapa aku siapa kamu. Apa latar belakangmu dan apa latar belakangku. Tidak terjebak hegomoni keduniawian, seperti harta, benda, martabat. Yang ada di SH Terate adalah jalinan persaudaraan yang saling sayang menyayangi dan bert anggung jawab.
Kanapa seperti itu, sebab pada dasarnya manusia itu sama. Makhluk Tuhan Yang Mahaesa. Dan hanya orang yang dikasihi, orang yang bertaqwa itu yang derajatnya paling tinggi di depan Allah.
Kalau begitu, apakah SH Terate sekarang ini kehilangan jati diri? Tidak! Tapi terkotori. Contoh dalam berpolitik. Kita tidak melarang saudara berpolitik. Tapi tabu, bagi kita untuk membawa- bawa bendera organisasi SH Terate ke kancah politik.
Lambang organisasi kita Bunga Terate. Bunga yang indah. Bunga yang hidup di lumpur, tapi kalis kotoran. Tujuan organisasi kita adalah mendidik manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertaqwa kepada Allah, Tuhan Yang Mahaesa.
SH Terate bukan mutlak paguron. Maka tidak ada guru dan murid. Dulu pendiri SH Terate, Pak Hardjo Utomo itu tidak mau dipanggil guru. Tapi oleh anak didiknya dia dijuluki Ki Hajar. Artinya pendidik. Konteksnya, di SH Terate yang ada adalah kakak dan adik. Karena itu, dalam memberi pelajaran ya, tidak ada pelajaran yang disembunyikan. Semuanya diberikan melalui tahapan-tahapan. Karena kita seperti kakak adik. Bagaimana kakak adik ini bisa menjadikan manusia berbudi luhur.
Karena itu, sekarang ini tidak ada kata lain bagi SH Terate, kecuali kembali kepada jati diri. Mengapa kembali ke jati diri. Karena kalau saya biarkan kasihan SH Terate. Kembali jati diri kembali ke platform SH Terate dan tujuan serta misi SH Terate sejak didirikan. Yakni, mengumandangkan persaudaraan. Langkahnya adalah mendidik, menciptakan manusia berbudi luhur. Ilmunya mengenal diri sendiri sebaik-baiknya.
Dasar persaudaraan di SH Terate saya ulang lagi, menekankan pada kita bahwa manusia hidup itu pada dasarnya sama. Berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Didikan di SH Terate juga begitu. Senamnya sama, jurusnya sama, pasangannya sama. Sambungnya ya sambung persaudaraan. Gak emosi. Tidak ngumbar nafsu.
Sejak didirikan SH Terate ini mengemban persaudaraan, yang berlatar pencak silat. Ilmunya mengenal diri sendiri. Pencaknya menganut aliran Setia Hati (SH). Organisasinya paseduluran dengan lambang bunga terate.
Jumlah jurusnya tertentu, senam tertentu, sambung tertentu. Tidak ada beda, semuanya di berikan. Soal pinter atau tidak tergantung kemampuan siswa. Bakat tidak. Tapi semua itu tataran lahir. Di dalamnya ada ajaran kerokhanian. Ajaran untuk membersihkan hati. Ajaran yang mengharuskan warga SH Terate bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Sehinga, Allah mengangkat derajat kita ke derajat tertinggi.
Wassalamualaikum Wr Wb. (H. Tarmadji Boedi Harsono,SE)
Sumber :Andi Casiyem Sudin/www.lawupos.net
Jumat, 14 November 2014
Kata-Kata Bijak :
- Setyo budi utami murih teteping pangastuti : artinya percaya pada hati suci untuk memperoleh suatu hasil yang diinginkan
- memayu hayuning bawono : artinya ikut menjaga ketentraman di dunia
- karyanak tyasing sesami leladi sesamining dumadi : artinya kita hidup harus menciptakan kedamaian bersama karena kita hidup Cuma mengabdi pada kehidupan
- sak apik-apike wong yen weweh pitulungan kanthi dedemitan : artinya sebaik-baiknya orang adalah yang memberi pertolongan dengan cara diam-diam
- sopo suci adoh saka bebaya pati : siapa yang mempunyai pemikiran terpuji pasti akan di jauhkan dari bahaya
- seja ala seja pati : siapapun yang mempunyai niat jelek pasti akan mendapatkan balasan dari Tuhan
- ora ana jalma kang ora cacat : tidak ada manusia yang tidak pernah membuat kesalahan baik pada dirinya ataupun orang lain
- ngluruk tanpa bala,menang datan ngasorake : berani bukan karena ada teman,jika menang tanpa menghina musuhnya
- aja waton omong,nanging omongo sing nganggo waton : jangan asal bicara,tapi bicaralah yang memakai dasar
Rabu, 12 November 2014
KE-SH-AN
PSHT adalah harga mati bagi ku
Titakat Orang SH TERATE
Oleh: H. Tarmadji Boedi Harsono,SE
Kunci keberhasilan hidup itu sebenarnya hanya satu. Kalau kita
dikasihi Allah SWT, hidup kita akan bahagia. Hanya manusia itu kurang
bersyukur. Kita kadang-kadang hanya ngersulo (mengeluh), larut dalam
kekecewaan. Dan kikir dalam berterima kasih. Tidak pernah puas dengan
dengan apa yang sudah di dapat. Selalu merasa kurang dan kurang.Di SH Terate tidak ada ajaran mengeluh. Tidak ada ajaran nggresulo. Kita dididik untuk menjadi orang yang pantang menyerah. Orang terate itu kalau bisa sing gedhe tirakate, harus banyak tirakat. Dalam hal apa saja. Gak kemrungsung (tenang). Tidak emosional, tidak gusar, tidak adigang adigung, adiguno (sombong).
Hari-hari orang SH Terate itu dipenuhi tirakat. Rialat dan selalu bersyukur menerima suratan Allah. Bagaimana cara orang SH Terate tirakat?
Tirakat orang SH Terate itu boleh dibilang sepanjang masa. Dalam kondisi apapun. Dalam situasi bagaimanapun. Contohnya saya ini. Saya ini yam as, ini mohon maaf. Saya orang berkeluarga. Saya punya istri, punya anak. Mestinya, sekarang ini saya mendampingi istri dan anak-anak. Tetapi mereka saya tinggal karena saya harus memenuhi kadang-kadang SH Terate. Saya tinggal istri saya sendiri, ini namanya tirakat, dalam sekala paling ringan. (saat memberi petuah ini posisi Ketua Umum SH Terate di padepokan, red).
Contoh lain, sehari ini saya sudah berniat hanya makan sekali. Biarpun saya dihadapkan makanan dari manapun saya tidak beli, saya tidak akan makan. Ada lagi contoh tirakat yang lain. Misalnya, selama satu minggu saya tidak akan makan kecuali jam 6 sore, saya baru makan. Kemudian malamnya saya berniat tidur paling lama 4 jam , besuknya lagi juga sudah tidak makan. Ini namanya jarang-jarangi, atau ngurang-ngurangi.
Niatnya bagaimana? Tidak perlu macam-macam. Niat tirakat untuk menjaring kasih Allah. Biar dikasihi Allah. Disayang Allah. Dengan begitu, kita akan merasa dekat dengan Allah. Sehingga hati ini merasa tenteram. Gelombang apapun yang dihadapi, dia akan mesem, gak akan gentar.
Tapi sayangnya orang sekarang ini sukanya instant. Seperti mie instant. Pingin makan mie tinggal masukkan ke gelas tuangkan air jadi mie, dan langsung makan tidak mau repot-repot. Tidak mau nanam dulu, tapi ingin langsung panen. Kalau mau nandur, mau nanam, hanya sedikit, tapi ingin panen yang banyak. Lho kalau begini, kamus dari mana kita bisa panen. Ndak ada kamus orang ndak mau nananm kok panen.
Kehidupan ini tersusun dari jalanan proses yang saling kait mengait. Sebelum hujan, prosesnya diawali dengan mendung. Sebelum malam, prosesnya diawali dari pagi dulu, kemudian siang, sore dan malam. Proses ini harus dilalui. Jangan seperti ingin makan mie instant. Dan kalau toh ingin makan mie instant, kita kan harus bekerja dulu agar dapat uang, kemudian dibelikan mie instant. Tidak serta merta, mie instant tersaji di depan mata, begitu kita menginginkannya.
Jadi kalau kita menginginkan sesuatu, harus berani tirakat. Berusaha keras, melalui tahapan demi tahapan. Melalui proses. Jangan hanya diam, duduk berpangku tangan dan hanya berdo’a saja. Laku itu tidak pas untuk orang SH Tetate. Kita tidak diajari seperti itu.
Kemudian, yang tidak boleh dilupakan, setiap proses membutuhkan keseimbangan keharmonisan. Sesuatu yang tidak seimbang, pasti menimbulkan dampak kurang baik. Karenanya, dalam kita bertirakat, keseimbangan proses ikhtiar lahiriah dan bathiniah harus dijaga. Tidak boleh berat sebelah.
Didikan di SH Terate itu mendidik jiwa. Yang kita bangun adalah jiwa itu butuh waktu. Butuh kesabaran dan kesempatan. Tidak sehari dua hari jadi. Tidak seperti membalik telapak tangan. Membangun fisik kuat bisa diformat dalam waktu sebulan dua bulan. Contohnya, melatih atlet. Melatih atlet bisa diformat dalam tenggang waktu tertentu. Dengan standarisasi. Tapi, membangun jiwa, memasukkan ajaran budi luhur, butuh waktu panjang dan terus menerus. Nah, yang kita bangun itu kedua-duanya. Jiwa dan raga. Lahiriah dan bathiniah. Kita diarahkan menjadi manusia berbudi luhur, tahu benar dan salah, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi.
Bagaimana orang berbudi luhur itu? Paling mudah orang berbudi luhur itu tidak dakwen salah open. Kita dididik untuk tidak mencampuri persoalan orang lain. Kita tidak usil. Selalu berfikiran positif.
Contohnya, ada kadang (warga SH Terate, red) datang ke rumah saya. Biarpun saya tahu dia berkeluarga, datang membawa anak wanita, saya tidak rebut, tidak akan nanya siapa perempuan itu. Kecuali kadang itu sendiri memperkenalkan. Paling banter saya hanya akan nanya, kepentingan apa dik.
Ini salah satu didikan kita. Kita tidak mau mencampuri urusan orang lain. Kecuali kalau orang itu, kadang itu minta saya menyelesaikan masalahnya. Minta tolong. Baru saya mohon maaf mengorek keterangan awal, sebagai bahan acuan dasar untuk mencarikan solusi atau jalan keluar.
Orang budi liuhur itu orang yang tidak iri dengki atas keberhasilan orang lain. Misalnya, ada orang lain bisa masuk pegawai negeri. Kita lantas dengki iri dan menduga-duga, ah itu berhasil karena membayar uang, istilahnya nyogok. Ndak boleh itu. Yang harus kita lakukan adalah, ikut senang melihat kadang SH Terate berhasil. Seneng jika melihat bisa beli mobil.
Jadi kita tabu ngurusi dan mencampuri urusan orang lain. Sebab itu akan membuat kita jadi resah sendiri. Hati jadi tidak tenang, tidak damai. Pancarkan sinar kasih. Yang ada di hati nurani kita hanya prasangka baik. Prasangka luhur. Sehingga, keluarnya pun luhur. Omong ya enak didengar. Gampang dimengerti. Ibarat ceret, kalau air dalam ceret itu jernih, ceretnya juga sering dibersihkan, dilap, keluar air dari gagangnya juga jernih. Tapi kalau airnya keruh, ceretnya tidak pernah dirawat, keluarnyapun keruh. Omong urakan seenaknya sendiri. Sikapnya juga urakan. Gak ngerti umpan papan (tidak paham situasi dan kondisi, red). Dupeh iso gelut (merasa memiliki kemampuan bisa berkelahi, red) tidak menghargai orang lain. Merasa dirinya paling super.
Yang saya sebut di atas itu, tirakat bathin. Karena batin kita juga butuh tirakat. Tirakat paling sederhana, selalu berpikiran baik pada orang lain. Gak demen ngrasani. Tidak suka mengumpat atau menggunjing. Jika ini yang kita lakukan, hati kita jadi bersih. Resik. Dan sihing Gusti Allah, pasti akan turun menyertai kehidupan kita.
Dikutip dari Tabloid Terate edisi 24
KI HADJAR HARJO OETOMO

Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama pencak. Setelah pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan, kata pencak pada SH PSC menjadi pemuda. Kata pemuda semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia.
Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.
Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara berturut-turut:
· Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara.
Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.
Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang terbaik dari yang terbaik yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.
Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).
Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.
Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 – 1999 sebanyak 108.267
Arti dan Makna Lambang PSHT
1. Segi empat panjang
– Bermakna Perisai.
2. Dasar Hitam
– Bermakna kekal dan abadi.
3. Hati putih bertepi merah
– Bermakna cinta kasih ada batasnya.
4. Merah melingkari hati putih
– Bermakna berani mengatakan yang ada dihati/kata hati
5. Sinar
– Bermakna jalannya hukum alam/hukum kelimpahan
6. Bunga Terate
– Bermakna kepribadian yang luhur
7. Bunga terate mekar, setengah mekar dan kuncup.
– Bermakna dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang
8. Senjata silat
– Bermakna pencak silat sebagai benteng Persaudaraan.
9. Garis putih tegak lurus ditengah-tengah merah
– Bermakna berani karena benar, takut karena salah
10. Persaudaraan Setia Hati Terate
– Bermakna mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.
– Apa yang dikatakan keluar dari hati yang tulus.
– Kepribadian yang luhur.
11. Hati putih bertepi merah terletak ditengah-tengah lambang
– Bermakna netral
Sabtu, 08 November 2014
Arti Persaudaraan dalam Islam dan PSHT
Membangun karakter atau yang lebih
populer dengan istilah Character Building, merupakan istilah yang tidak
asing lagi bagi kita. Istilah character building biasanya banyak dijual
di kursus-kursus kepribadian, bengkel-bengkel hati dan atau jiwa, khutbah-khutbah
atau penyuluhan spiritual, bahkan sering didiseminasikan dalam seminar-seminar
pengembangan diri, baik secara praksis-implementatif maupun
teoritis-paradikmatik.
Lalu, muncul pertanyaan-pertanyaan kritis: Membangun
karakter, Apa sich? Atau dalam dialek Jawa Timuran: Yo opo seh, character
building iku? Dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah kita pahami
bersama, pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, seperti tabiat,
watak, akhlak, atau budi pekerti yang merupakan distingsi (pembeda) antara seseorang
dengan yang lainnya. Sedangkan pengertian membangun adalah proses pengolahan
dan pembentukan suatu unsur atau materi yang sudah ada menjadi sesuatu yang
baru dan berbeda. Dari kedua pengertian tersebut, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa membangun karakter adalah suatu proses pembentukan watak atau
budi pekerti. Tentunya dalam pengertian yang positif, tujuan dari pembentukan
watak atau budi pekerti di sini adalah menjadi lebih baik dan terpuji dalam
kapasitasnya sebagai pribadi yang mempunyai akal budi dan jiwa.
Dalam perspektif yang lebih luas,
membangun karakter bisa kita korelasikan dengan keberadaan kita sebagai
keluarga besar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang mempunyai tujuan
utama membentuk manusia yang berbudi luhur, bisa membedakan antara yang benar
(haq) dan salah (batil). Membangun karakter adalah sebuah ikhtiar dan harapan
kita bersama untuk meningkatkan kualitas individu (kesalehan individu) dan
kesalehan sosial sekaligus. Secara empiris, kesalehan individu dan kesalehan
sosial sudah semestinya secara given terejawantah dalam perilaku
sehari-hari,
baik secara individual behavior maupun social behavior.
Ketika seorang Warga mencapai derajat saleh secara individu dan sosial, maka
inilah sejatinya konsep besar tentang capaian tertinggi “berbudi luhur” atau
yang sering penulis sebut dimillist ifg dengan akhlaqul karimah, insan
kamil atau derajat kesempurnaan dalam bertingkah laku (fi’liyah),
bertutur kata (qauliyah), kewibawaan dan bijaksana (taqririyah).
Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW dalam haditsnya: Innama bu’itstu li
utammima makaarimal akhlaq (Sesungguhnya Aku (Muhammad) diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia).
Karakter Warga yang Berbudi Luhur
Argumentasi tak terbantahkan yang
dikonsep dan dirumuskan oleh para founding fathers (leluhur) Setia Hati
Terate menemukan relevansinya dengan nilai-nilai Islam yaitu sama-sama
menegaskan tujuan membentuk manusia yang berakhlaqul karimah atau berbudi luhur
yang secara otomatis jelas bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Yu’minuuna billahi wal yaumil
akhiri wa ya’muruuna bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil munkari wa yusaari’una fil
khairaati wa ulaaika minashshalihin”
Artinya: Mereka beriman kepada Allah
dan hari akhir, menegakkan kebenaran dan mencegah perbuatan munkar dan
menyegerakan untuk berbuat kebaikan, mereka itulah orang-orang yang saleh (Q.S
Ali Imran: 114)
Ini artinya bahwa semakin seseorang
itu setia pada hatinya maka seseorang tersebut akan semakin taat dan patuh pada
keimanan masing-masing agamanya. Melalui ajaran “setia hati” itulah diharapkan
lahirnya bibit-bibit/generasi unggul yang mempunyai karakter kuat, cerdas,
tangguh dan kredibel. Tentu untuk mendapatkan bibit unggul dan generasi yang
cerdas membutuhkan “bayaran yang mahal”. Bayaran tersebut adalah kerja keras,
sungguh-sungguh, konsisten dan yang terpenting adalah keteladanan. PSHT
membutuhkan sosok panutan yang benar-benar istiqamah dan berkepribadian yang
saleh secara individu maupun sosial. Konsistensi dan keteladanan disini artinya
bahwa ketika seorang warga mengajak/mengamalkan ajaran berbudi luhur, tahu
benar dan salah (amar ma’ruf nahi munkar), maka sebelum mengajak, warga
tersebut harus sudah membenahi dirinya sendiri, emosi dan nafsunya sehingga dia
berbudi luhur. Sesuai Firman Allah SWT:
“Yaa ayyuhalladzina ‘amanu lima
taquuluuna ma la taf’aluun. Kabura maqtan ‘indallahi an taquuluu ma la
taf’aluun”
Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan/perbuat. Amat
besar (menjadi kebohongan besar) kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan (Q.S Ash Shaf: 2-3).
Pertanyaan kritisnya sekarang adalah
apakah secara de facto, realitas empiris di lapangan, warga-warga kita
sudah seperti tersebut di atas? Mari kita semua bermuhasabah dan instrospeksi
diri. Kalau ternyata sudah, maka syukur Alhamdulillah, tapi kalau itu belum,
maka hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar, baik bagi individu
masing-masing warga maupun organisasi.
Dalam perspektif sejarah perkembangan
peradaban Islam (Islamic civilization), mencetak generasi unggul yang
mempunyai karakter kuat telah menjadi misi profetis (kenabian) Muhammad SAW
ketika melakukan revolusi Mekkah dengan agenda reformasi total dari akhlak
jahiliyah (keterbelakangan) menuju era pencerahan spiritual (spiritual
enlightment). Dalam konteks kekinian, misi profetis Muhammad SAW tersebut
terdapat benang merah dengan yang telah dimulai oleh PSHT pada awal abad 20
setelah sebelumnya diinisiasi oleh sosok yang akrab disebut Ki Ageng
Soerodiwirjo tepatnya pada tahun 1903 dengan melakukan pencerahan kepada
masyarakat melalui ajaran “keselamatan” Sedulur Tunggal Kecer (STK).
Pencerahan tersebut dilakukan dengan
merumuskan tujuan besar didirikannya sebuah organisasi dengan sarana/media
pencak silat yakni untuk membentuk manusia yang luhur budinya. Kemudian atas
persetujuan Ki Ageng Soerodiwirjo, murid beliau, yang bernama Ki Hadjar Hardjo
Oetomo beserta murid-murid lainnya memunculkan kata “Persaudaraan” di depan
kata “Setia Hati” tepatnya pada 1917. Dan pada tahun 1922 Ki Hadjar kembali
menegaskan pentingnya arti “Persaudaraan” dalam mengembangkan organisasi
tersebut dengan mendirikan PSHT. Terlepas dari kontroversi soal sejarah dan pro
kontra metode penulisannya, misi persaudaraan tersebut compatible dengan
Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab
shahihain yang artinya: “Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu
sehingga ia mengasihi saudaranya seperti mengasihi dirinya sendiri”
Ditegaskan juga dalam Al Qur’an:
“Innamal mu’minuuna ikhwatun fa
aslihuu baina akhawaikum wattaqullaaha la’allakum turhamuun”
Artinya: Sesungguhnya orang-orang
yang beriman adalah bersaudara, oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu
dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan rahmat. (Q.S Al
Hujuraat: 10).
Lalu diperkuat Firman Allah SWT:
“Wa’tashimuu bi habblillahi jami’an wa
la tafarraquu wadzkuru ni’matallahi ‘alaikum idzkuntum a’daan fa allafa baina
kuluubikum fa asbahtum bi ni’matihi ikhwanan. Wa kuntum ‘ala syafaahufratin
minannari fa anqadzakum minha, kadzalika yubayyinullahulakum aayaatihi
la’allakum tahtaduun”
Artinya: Dan berpegang teguhlah
kalian semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) saling
bermusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara: kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikian Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk (Q.S Ali Imran: 103).
Character Building dan Kecerdasan Emosi
Sebagai organisasi masyarakat, suka
atau tidak suka, PSHT harus terus berbenah diri untuk mengikuti kodrat irama
jamannya. Era modernism dan globalisasi menuntut PSHT---yang notabene sebagai
salah satu pilar penting civil society di Indonesia---untuk siap
berkontestasi di tengah-tengah masyarakat mondial (dunia). PSHT harus
mengaktualisasikan dirinya dengan berkontribusi bagi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Agar mampu berperan secara optimal, PSHT harus membekali kapasitas
para anggota (warganya). Bagaimana strategi dan langkah-langkah
pembangunan kapasitas dan karakter warga dilakukan? Banyak cara yang harus
dilakukan untuk membangun kapasitas dan karakter warga PSHT. Salah satu
diantaranya adalah media pendidikan formal maupun informal. Bagaimana Warga
didorong untuk terus mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga kuat tradisi
intelektualismenya dan ahli dalam riset serta teknologi. Pendidikan formal
merupakan salah satu instrumen signifikan dalam membangun karakter. Sebab
dengan pendidikan formal secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak
pada pengembangan kepribadian dan skill individu seseorang warga. Dengan
pendidikan formal juga akan mengasah pola pikir (mindset) warga dalam
mengolah kecerdasan emosi dan empatinya terhadap lingkungan sekitar dimana dia
tinggal.
Penulis jadi teringat dengan apa yang
pernah disampaikan Mas Sakti Tamat dalam sarasehan di tempat mas Liliek/HHM
pada 27 Maret 2010 lalu, bahwa seorang warga PSHT adalah sosok yang berkarakter
bijak, jujur, sabar, ikhlas dan amanah. Masyarakat dimana dia (warga) tersebut
tinggal merasa gembira, nyaman, aman dan terlindungi. Dengan kata lain seorang
warga PSHT adalah sosok yang “khairunnas anfa’uhum linnas” (sebaik-baik
manusia adalah yang hidupnya bermanfaat untuk orang lain). Untuk membentuk
karakter seperti itu perlu juga pendidikan informal dan aktualisasi diri.
Pendidikan informal secara eksternal bisa diperoleh dalam pelatihan-pelatihan
kepemimpinan, pendidikan pesantren, seminari, kefrateran, training ESQ dan
kegiatan-kegiatan spiritual lainnya. Sedang untuk media aktualisasi diri, warga
PSHT bisa terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti RT/RW,
ormas, LSM, forum-forum keagamaan (pengajian), lembaga-lembaga keagamaan,
persekutuan gereja dan sebagainya.
Sedangkan secara internal, pendidikan
informal ini bisa diperoleh melalui sistem atau tahapan-tahapan latihan siswa
maupun warga. Di sinilah pentingnya diproduksi kurikulum latihan yang
sistemik-komprehensif atau semacam modul yang mengacu pada 5 (lima) prinsip
dasar pendidikan Setia Hati yaitu Persaudaraan, Olahraga, Kesenian, Beladiri
dan Ke SH an. Masing-masing dibagi porsinya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Terlepas dari semua cara/media
pembangunan karakter seperti dijelaskan di atas, yang tak kalah pentingnya
adalah satu hal yakni keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Ini harus
menjadi keinginan kuat warga PSHT sebagai bentuk moral choice (keputusan
moral) yang harus diambil. Pendidikan formal, pendidikan informal,
pelatihan/training, penataran, sarasehan, aktualisasi diri di masyarakat
hanyalah media atau instrumen semata. Semuanya tidak akan berarti apa-apa alias
tanpa makna apabila di dalam diri individu warga PSHT tersebut tidak ada
keinginan kuat untuk berubah menjadi lebih baik. Allah SWT berfirman:
“Innallaha la yughayyiru ma bi qaumin
hatta yughayyiruu ma bi anfusihim”
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah nasib sesuatu kaum, sehingga mereka sendiri yang merubahnya. (Q.S
Ar Ra’d: 11).
Tuhan tidak akan merubah keadaan
seseorang, selama seseorang tersebut tidak mau belajar dari sebab-sebab
kesalahan dan kemunduran (keterbelakangan) mereka itu sendiri, baik sekarang
maupun di masa lampau. Inilah pentingnya seorang warga memiliki karakter dan
kecerdasan emosi. Bagaimana dia mengolah emosinya untuk mengambil keputusan,
menentukan pilihan dan skala prioritas dalam hidupnya, memotivasi diri,
membangun relasi/jaringan (networking) dan mengenali emosi diri
sekaligus orang lain. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan
emosional atau sering akrab di sebut EQ sebagai “himpunan bagian dari
kecerdasan social yang melibatkan kemampuan memantau perasaan social yang
melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah dan menggunakan informasi
untuk membimbing pikiran dan tindakan. Sedang menurut Daniel Goleman,
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya
dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of
emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi diri, empati dan social skill. Goleman menambahkan
bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari relasi social yang baik. Bahkan
tegas Goleman, bahwa kecerdasan emosi itu jauh lebih berperan ketimbang IQ itu
sendiri.
Dalam Islam diajarkan bahwa seseorang
dalam kondisi bebas (memilih) untuk merubah karakternya. Bagi yang memiliki
akhlak yang baik, mungkin saja karena atas perintah hawa nafsunya akan
terjerumus ke dalam kenistaan (kebatilan). Sedang bagi yang memiliki akhlak
yang kurang bagus, karena melalui penerangan dan bimbingan para ahli ma’rifat
dengan berbagai instrospeksi diri (muhasabah) dapat mencapai puncak
kesempurnaan (luhur budinya).
Catatan Penutup
Dalam konteks berbagai hal di atas,
PSHT sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan, dengan demikian juga bisa
berperan sebagai organisasi moral berbasis ajaran teologis (ketauhidan) yaitu
ilmu yakin untuk mempertebal keimanan transendental kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Kalau penulis boleh menyebut PSHT merupakan organisasi/lembaga dakwah.
Oleh karenanya, mutlak meniscayakan peran para Warga (anggotanya) untuk menjadi
juru dakwah di tengah-tengah masyarakat sampai terwujudnya masyarakat yang
berbudi luhur yang bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Kita
harus segera menyudahi friksi dan memutus mata rantai konflik internal yang
tidak produktif termasuk diantaranya kontroversi mengenai ilmu-ngelmu, ajaran,
falsafah dan sebagainya.
Dalam konteks politik kebangsaan yang
lebih luas, warga PSHT sangat ditunggu kontribusinya bagi kemajuan bangsa dan
Negara. Bagaimana warga PSHT memberikan jawaban atas problem-probem kebangsaan
universal, seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan korupsi alias
keserakahan. Bagaimana berbagai ketimpangan sosial di atas dicarikan solusinya.
Untuk menjawab semua hal tersebut sudah menjadi keniscayaan kalau warga PSHT
mutlak mempunyai karakter yang kuat. Dan ajaran “setia hati” mestinya bisa
menjawab itu semua jika benar-benar dijadikan nilai-nilai dan prinsip dasar
bagi kehidupan warganya. Masyarakat luas butuh bukti bukan janji-janji dan
teori-teori yang utopis (melangit). Mari kita sama-sama berkompetisi membumikan
“Memayu Hayuning Bawana”. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab
ARTI MORI AJI
ARTI MORI DALAM PENGESAHAN
Mori
dalam SH Terate adalah lambang, tanda, bendera, yang menyatakan bahwa
pemilik dari mori tersebut adalah warga Setia Hati Terate yang sah /
yang sudah disahkan.
Mori berwarna putih1 melambangkan
kesucian hati, dalam arti selalu berbuat kebajikan, tidak mempunyai
sifat tercela, dan tidak mau pemiliki barang-barang-barang yang tidak
sah / bukan miliknya. Warna putih juga melambangkan kepasrahan kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Mengenai panjang mori sebaiknya sakdedeg sakpengawe (
dapat dilebihi sedikit ) ini juga suatu lambang bahwa hendaknya
cita-cita/kemauan kita harus diukur dengan kemampuan yang ada.
Mori
harus disimpan di tempat yang bersih, rapi dan mudah dilihat, ini agar
kita selalu teringat dan merasa terpanggil untuk berbuat baik dan
berbudi luhur. Bila bepergian jauh mori pengesahan bisa dibawa ( untuk
kendit ) ini untuk mengingatkan kita bahwa kita harus selalu menjaga
kesucian hati ( sing sopo suci bakal adoh beboyo pati ). Juga seandainya
kita dalam perjalanan jauh kita meninggal dunia (na’udzu billah…!!!)
tiba-tiba, maka orang yang menemukan jasad kita tidak akan sulit
mencari pembungkus jasad kita, karena kita sudah mempersiapkan
pembungkus jasad kita sendiri dengan baik.
Kebiasaan
di SH Terate mori biasanya dicuci pada bulan suro, tapi sebenarnya kita
dapat mencuci mori sewaktu-waktu. Dan mencucinya dibilas dengan air
kembang setaman yang baunya harum, maksudnya kita selalu menjaga
keharuman nama kita, jadi semakin lama kita hidup haruslah tingkah laku
kita semakin baik, tidak semakin jelek. Yang perlu diingat oleh sedulur
Warga Persaudaraan Setia Hati Terate bahwa mori merupakan lambing
kesucian dalam berprilaku.
Demikian
penjelasan singkat mengenai mori pengesahan warga setia hati terate,
semoga pengertian ini dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan
pandangan negative bagi orang yang kurang mengerti arti mori pengesahan
tersebut.
Mori
putih yang dimaksud adalah kain yang berwarna putih, mengenai bahannya
boleh sembarang bahan, misalnya : beludru, katun, sutera, dll. Tapi
biasanya mori yang dipakai pengesahan adalah mori dari bahan katun yang
bahannya sederhana dan murah harganya, ini melambangan bahwa warga SH
Terate harus dapat hidup sederhana.
Langganan:
Postingan (Atom)